Kamis, 27 Agustus 2015

Belajar Menulis

Belajar Menulis: 01
by Risal Muhammad
Siang, pukul 13.00 kemarin sore aku diundang makan siang oleh salah satu orang yang paling dekat denganku ditempat kerja, senangnya itu, yah kapan lagi bisa isi perut gratis, dirumah bos pula. Sebenarnya itu bukan kali pertama aku makan dirumah bosku, bisa dihitung setiap minggu jika lapar menyerang aku kerumahnya dengan alasan atau karena memang ada perlu, hehehe. tapi hari itu memang benar benar spesial karena aku diundang dan merasa diperhatikan, yup. Biasanya setelah makan aku langsung menuju ruang tamu, menunggu lima belas menit, dia kaluar dari dapur dengan gaya berlenggak lenggok, dan kita ngobrol, aku kenal dia sudah 3 tahun, dan aku tahu persis apa yang dia suka, yah bercerita, karena memang keahlianku adalah bercerita, dan suatu hal yang wajar karena memang dia seorang ibu- ibu. setelah bercerita biasanya beliau memberikan nasehat, nasehat berupa pelajaran seperti kejadian kemarin lalu, ketika helm ku hilang, dan hilangnya ada di teras rumah beliau juga, apes banget yah, jika orang tanya kenapa pakai helm baru lagi, aku bilang helm nya dipakai orang, gak tahu siapa yang pakai. semua orang tahu itu pasti maling, dan aku hanya lelah menyebut kata maling, yah maling lagi, ini sudah kali ke lima helm ku ada ditangan orang asing itu, orang asing yang tidak tahu sopan santun.
well, cerita berlanjut yah, aku masih dirumah bosku menceritakan kejadian itu, aku menyesal dan menyalahkan diriku sendiri, yah meskipun harga helm bekas hanya 100ribuan, tapi aku menyesal bukan karena uang, tapi aku gagal mempertahankan apa yang aku punya. aku berandai- andai jika suatu hari nanti aku juga gagal mempertahankan rumah tanggaku seperti aku gagal mempertahankan helm yang hilang itu, dan hatiku akan tambah remuk redam jika sampai berkali kali. Sontak tawa terbahak- bahak dan lebih nyaring bos ku, bukan malah memberikan nasehat, malah tidak berhenti tertawa, Yah, menurutnya aku terlalu berlebih- lebihan, alias lebbay tingkat tinggi. bagaimana tidak, aku bisa- bisanya berfikir sejauh itu, tapi teori probabilitas selalu ada. sejenak kami terdiam, lalu beliau mulai bicara, pelan-pelan dan aku mendengar secara saksama. " manusia itu tempatnya lupa, selalu ada titik dimana kita lalai, dan pada saat itu orang yang tidak bertanggung jawab memanfaatkan itu, sepintar-pintarnya kita, sehebat- hebatnya kita, tidak akan pernah jauh dari yang namanya kehilangan, walaupun berkali kali, termasuk kehilangan helm, maafkan dirimu dan berhati hatilah ".. Waduh sennang rasanya mendengar nasehat beliau. Terima Kasih.